29 April 2009

Belajar Koperasi Kredit dari Bangladesh

Oleh Mikhael Jawa

Forum koperasi kredit atau dalam bahasa inggris sebutan credit union merupakan kegiatan yang telah membudaya dalam dunia gerakan koperasi kredit di Asia menjelang Rapat Anggota Tahunan ACCU (Association of Asian Confederation of Credit Unions). Forum Koperasi Kredit 2008 diselenggarakan di Hotel Sheraton, Dhaka-Bangladesh dengan The Cooperative Credit Union League of Bangladesh Ldt (CCULB) sebagai tuan rumah.

Kegiatan forum ini berlangsung dari tanggal 25-27 September 2008 dihadiri 24 negara dengan utusan sebanyak 380 orang. Peserta Indonesia 14 orang terdiri dari utusan sekunder Induk Koperasi Indonesia(3), BKCU Kalimantan(2), Puskopdit Swadaya Utama Maumere(1), Puskopdit Ende-Ngada(1) dan kopdit primer wilayah Kalimantan: Pancur Kasih(2), Keling Kumang(3). Sementara peserta kopdit primer wilayah Flores yakni Manajer Kopdit Sangosay,Bajawa: Lodovikus Lenga dan Manajer Kopdit Boawae: Aloysius E.Una.


Forum Koperasi Kredit Asia 2008 bertemakan “Credit Unions Growing to New Heights: Better Choices, Better Organization, Better Community”. Topik-topik lokakarya seperti pelayanan koperasi kredit plus: pengembangan kewirausahaan bagi wanita, membangun kompetensi koperasi kredit di dalam lingkungan global, manajemen risiko, strategi pemasaran yang cerdas bagi kaum muda untuk membangun koperasi kredit di masa depan. Nara sumber lokakarya berasal dari praktisi koperasi kredit Philipina, Australia, Thailand, India, Srilanka, Canada dan utusan dewan koperasi kredit sedunia, Dave Ricardson.

Kegiatan open forum menghadirkan beberapa nara sumber antara lain, Chung Sung Won, Seoul Regional Manager National Credit Union Federation of Korea. Pemaparannya memperlihatkan penurunan jumlah koperasi kredit primer dibandingkan tahun sebelumnya karena terjadi proses amalgamasi. Posisi per Juni 2008 sebanyak 1000 koperasi kredit primer dengan anggota perorangan 4,9 juta dan total aset $USD 29 triliun. Kunci sukses yakni kedisiplinan dan profesionalisme. Untuk tetap menjaga kualitas profesionalisme pengelolan koperasi kredit maka salah satu strategi yakni CEO atau General Manager koperasi kredit primer hanya bisa diangkat oleh Pengurus setelah calon CEO lulus ujian kualifikasi pada tingkat federasi koperasi kredit Korea.

Sementara itu, Ranjith Hettarachi, CEO ACCU menekankan masa depan koperasi kredit adalah suatu tujuan pilihan bukan suatu kesempatan. Karena itu perlu imaginasi tanpa akhir menyangkut inovasi teknis dan manajemen untuk menjaga relevansi koperasi kredit dalam lingkungan pasar sekarang ini. Ranjith menekankan empat hal menyangkut masa depan koperasi kredit: dana stabilisasi, internal kontrol, sistem manajemen risiko, dan koperasi kredit sebagai advisor penciptaan kesejahteraan anggota yang terpercaya. Seiring perubahan dan perkembangan yang penuh persaingan; Andrew So, nara sumber dan juga Pendiri ACCU yang berasal dari Credit Union League of Hongkong dalam paparan materinya menantang peserta forum dengan pertanyaan: apakah kompetisi dan teknologi mengancam identitas koperasi kredit? Identitas adalah semua kualitas, nilai, kepercayaan, dan idea yang menjadikan koperasi kredit berbeda dari yang lain. Jantung koperasi kredit adalah nilai yang sejak awal telah menjadi konsep yang unik bagi pelayanan manusia di dalam dunia ekonomi. Karena itu gerakan koperasi kredit, dengan prinsip swadaya, saling menolong, kontrol dan kepemilikan yang demokratis, kompetisi nilai-nilai sebagai dasar kesuksesan.

Bangladesh Pionir Microfinance


Bangladesh terkenal sebagai negara pionir microfinance. Bangladesh merupakan tempat kelahiran revolusi microfinance dan gelombang revolusi ini menyebar keseluruh penjuru dunia khususnya di Asia, Afrika dan Amerika Latin pada akhir tahun 1970-an. Dr. Muhamad Yunus dari Grameen Bank menerima hadiah nobel karena perannya sebagai pionir dan kontribusi bagi idustri microfinance global.

Ada empat jenis institusi yang melaksanakan kegiatan microfinace yakni (1) Grameen Bank, anggota memiliki institusi khusus; (2) NGOs atau LSM seperti BRAC, ASA, CARITAS; (3) Bank komersial dan bank khusus; (4) Pemerintah yang mensponsori program microfinance. Target utama program microfinance adalah orang miskin yang tidak memiliki tanah. Semua lembaga microfinance umumnya menyediakan pinjaman kecil, tidak memiliki koleteral untuk pinjaman jangka waktu satu tahun bagi anggota bergabung dalam kelompok yang sejenis dan metode pembayaran mingguan dengan membentuk pusatnya di setiap desa. Total peminjam sekitar 18 juta orang, dengan Grameen Bank memimpin dengan 6 juta peminjam serta BRAC dan ASA masing-masing 5 juta peminjam.
NGOs atau LSM Bangladesh terkenal di seluruh dunia karena pemberian pelayanan yang efektif, promosi hak asasi manusia dan advokasi pro masyarakat miskin. Aktivitas microfinance mendominasi seluruh kegiatan NGOs di Bangladesh. Sesuai data Credit and Development Forum (CDF) per Desember 2006, ada 611 NGOs melaksanakan kegiatan microfinance di Bangladesh dengan jumlah anggota sebanyak 30,7 juta (laki-laki: 3,8 juta dan perempuan: 26.9).

ASA: Model Microfinance Biaya Rendah

Forum koperasi kredit Asia diawali dengan kegiatan kunjungan lapangan sehari pada tanggal 25 September 2008. Selain mengunjungi koperasi kredit primer, salah satu lembaga microfinance yang dikunjungi yakni Association for Sicial Advancement (ASA). Dalam kegiatan kunjungan ini, para peserta berkesempatan bertatap muka dengan Md.Shafiqual Haqua Choudhury sebagai pendiri dan Presiden ASA. Pengalaman ASA menunjukkan bahwa kegiatan microfinance bertumbuh cepat, perlu diperhatikan beberapa aspek (1) aktivitas simple; (2) pelatihan simple sesuai daya serap peserta; (3) rekrutmen staf; (4) desentralisasi; (5) standardisasi; (6) inovasi.

ASA juga merupakan salah satu lembaga microfinance yang terbesar dan sustainable di dunia. Lembaga ini memiliki komitmen untuk mengintrodusir perubahan positif menyangkut standard kehidupan kaum miskin, yang dirintis sejak tahun 1978. ASA terus menginovasi model pengembangan microfinance yang sekarang terkenal secara global “ASA sebagai Model Microfinance Berkelanjutan dengan Biaya Rendah”. Metode ini yang mulai diadaptasikan oleh berbagai negara yang mengembangkan microfinance. ASA telah menjangkau pelayanan 7 juta orang miskin yang meliputi hampir 5 juta keluarga. Staff sebanyak 24.784 orang dan 3.335 kantor cabang tersebar di seluruh Bangladesh. Di samping itu, didirikan pula ASA University Bangladesh untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa miskin mengenyami pendidikan yang lebih tinggi dengan biaya murah bahkan meraih bergelar master. Sampai saat ini, ASA menyediakan bantuan teknis kepada 17 negara di Asia dan Afrika. ASA memperoleh penghargaan “Banking at Bottom of the Pyramid-2008” pada 03 Juni 2008 dari The Financial Times (London) dan International Finance Corporation (IFC) yang terseleksi dari 129 lembaga microfinance yang tersebar pada 54 negara.

Forum koperasi kredit Asia telah memberikan perspektif segar tentang kencendrungan sosial ekonomi global bagi para praktisi untuk menghargai kebutuhan koperasi kredit demi meningkatkan pertumbuhan anggota dan kualitas. Praktisi koperasi kredit perlu membuka diri dan melakukan reformasi dengan belajar dari kesuksesan lembaga microfinance di negara lain. Belajar lintas institusi dan pertemuan insan kopdit lintas negara seyogyanya semakin mengupgrade mindset dan memotivasi para praktisinya. Kesuksesan adalah mindset. Jika cara berpikir tidak berubah akan berdampak pada sikap resistensi terhadap berbagai gejolak perubahan yang terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar